Jumat, 05 Oktober 2012

Artikel Tugas Softskill



HIDUP DI KOTA METROPOLITAN

            Memang benar, kota metropolitan menawarkan beragam fasilitas mulai dari pendidikan hingga pekerjaan yang nyaman. Namun, benarkah mereka yang berbondong-bondong ke kota metropolitan tersebut bisa menikmati fasilitas yang ditawarkan? Sepertinya tidak. Hanya orang-orang yang mempunyai keterampilan dan semangat juang yang diatas rata-ratalah yang akan mampu bertahan hidup di kota yang penuh dengan berbagai intrik kehidupan yang biasanya tak ditemui di desa.

            Tak dapat dipungkiri bahwa kota metropolitan menawarkan segala macam fasilitas dan kemudahan yang menggiurkan banyak orang. Setiap tahun jumlah penduduk yang ada di kota metropolitan sudah pasti bertambah, dan sebagian besar pertambahan penduduk tersebut bukan dikarenakan oleh angka kelahiran melainkan karena urbanisasi.

            Mereka, yang berurbanisasi memiliki impian untuk mengubah nasib di kota yang katanya menjanjikan tersebut. Mereka membangun mimpi dan berharap bahwa mimpi itu menjadi kenyataan  dalam tempo yang singkat. Banyak orang menginginkan tinggal di kota metropolitan sebuah istilah untuk kota-kota besar. Tidak dapat dipungkiri tinggal di kota metropolitan memang membawa gengsi tersendiri. Banyak orang berlomba-lomba bekerja mengumpulkan pundi-pundi materi. Pada awalnya untuk mencukupi kebutuhan hidup individu dan keluarga, namun pada akhirnya kerapkali menjurus pada kehidupan mewah dengan aktif menkomsumsi produk-produk mewah. Cukup ironis pada saat ini, kehidupan mewah tersebut melahirkan budaya konsumerisme yang berpotensi menciptakan masyarakat individualis dan materialistis.

            Budaya warga di kota metropolitan perlu dicermati untuk memahami pola-pola hidup bersama dan hubungan-hubungan sosial yang muncul termasuk hubungan dengan Tuhan YME. Peranan di kota metropolitan sebagai barometer ekonomi dan pembangunan bagi kota-kota besar lainnya di tanah air serta orientasi  pengelolaan ruang kota berbasis ekonomi dan  aspek fisik,  telah menciptakan segregasi sosial berbasis kelas ekonomi dan kesenjangan sosial.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar